Potensi Kopi Jenis ( coffea arabica) di Lembah Agung Wamena

Tanaman kopi (Coffea sp) adalah salah satu komoditas pertanian yang mempunyai prospek pasar yang terus meningkat sehingga beberapa daerah di Indonesia misalnya di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi telah membudidayakan tanamankopi dan menjadi andalan eksport untuk meningkatkan pendapatan asli daerah terutama para petani di pedesaan. Kenyataan ini mendorong daerah lain untuk mengembangkan budidaya tanaman kopi agar dapat meningkatkan pendapatan para petani (Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016).

Kopi merupakan minuman favorit masyarakat Indonesia, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah, baik pria maupun wanita.  Kopi dari berbagai daerah di Indonesia mempunyai ciri khas dan cita rasa serta ukuran yang beraneka ragam, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, nomor 2 setelah Berazil (Badan Pusat Statistik, 2017).

Dari uraian latar belakan perkembangan kopi  diatas, dalam tulisan ini, saya mencoba untuk menjelaskan, pengembangan kopi di papua. 
Pengembangan tanaman kopi di Provinsi Papua sudah lama dikenal yaitu sejak Pemerintahan Hindia Belanda. Jenis tanaman kopi yang dikembangkan di tanah Papua terutama di daerah pegunungan adalah jenis Coffea arabica, sedangkan jenis Coffea robusta dikembangkan di daerah pesisir Pulau Papua. Setelah Papua berintegrasi dengan Indonesia, maka budidaya tanaman kopi menjadi salah satu komoditas andalan untuk meningkatkan pendapatan petani di pedesaan Provinsi Papua. 

Ada dua daerah utama penghasil kopi di Papua, daerah yang pertama adalah Lembah Baliem, di tengah dataran tinggi Jayawijaya, yang mengelilingi kota Wamena dan daerah kedua adalah Lembah Kamu di Kabupaten Dogia, di sisi Timur dataran tinggi, yang mengelilingi kota Moanemani. Kedua wilayah ini berada di ketinggian antara 1.400 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, dan merupakan kondisi ideal untuk produksi Arabika. Kedua daerah tersebut saat ini memproduksi 230 ton kopi per tahunny dengan kisaran harga 1 kg Rp.100.000-150.000.

Kopi arabika wamena tumbuh di lemba baliem pegunungan jayawijaya tanpa menggunakan pupuk kimia, sehingga kopi arabika wamena dikatakan kopi organik  karena tumbuh subur secara alami. Pada khususnya kopi wamena memiliki cita rasa yang khas dengan luas lahan 1.910 h. 

 Beberapa daerah yang berpotensi kopi arabika yang terdapat di jayawijaya adalah kecamatan kuruluh, siepkosi, asotipo, walelagam, wolo, piramid, asologaima, pelebga, walesi, hubykosi, usilimo, yagara. Berdasarkan informasi publik di kalangan masyarakat bahwa pengolahan kopi di kabupaten jayawijaya di lakuakan dengan pengolahan secara tradisional dan Mesin pengupas kulit kopi.

Satu hal  yang dapat mempengarui rendahnya produksi kopi arabika wamena adalah. Faktor pendidikan pentani. Untuk di ketahui bahwa petani kopi arabika wamena berpendidikan rata-rata tamat SD,SMP,SMA, bahkan petani lain tidak berpendidikan. Pendidikan petani sangat di perlukan untuk menamba pengetahuan, pendidikan petani dimulai dari kegiatan pelatihan pertanian dan pelatihan wira usaha  melalui  dinas perkebunan.  Para petani kopi arabika wamena di bina langsung oleh pemerintah daerah dari dinas perkebunan dan tanaman pangan wamena dan juga dibantu oleh Amarta dari amerika  untuk mengolah hasil panenen kopi mereka (muljana wahyu). Dengan adanya kegiatan pelatihan petani dan kerja sama dengan amerika dengan beberapa negara lainnya, petani  kopi arabika di harapkan dapat meningkatkan pendapatan petani kopi arabika di wamena.

"liduwolsos"